Sabtu, 02 Mei 2009

Masih Ada Masa Depan!

Prestasi besar tim Indonesia dalam Konferensi Internasional Saintis Muda Ke-16 di Polandia, 16-24 April, ibarat hadiah Hari Pendidikan 2009.

Ada beberapa alasan. Pertama, masih ada berita menggembirakan di tengah hiruk-pikuk perpolitikan yang menyita perhatian. Kedua, masih muncul keberhasilan emas anak-anak negeri ini di tengah karut-marutnya praksis pendidikan.

Dan ketiga, masih ada sekelompok kecil anak muda yang tidak menyia-nyiakan anugerah dan talenta di tengah jutaan rekan mereka yang tidak bisa bersekolah, tidak punya masa depan karena faktor kemiskinan, kelalaian orangtua, korban kejahatan, atau gaya hidup berseliweran di mal atau terjerat narkoba.

Keadaan ini bukan salah mereka, bukan juga orangtua mereka. Kesalahan ada pada pengambil keputusan, kita juga. Kita lalai mengembangkan praksis pendidikan dan iklim masyarakat yang kondusif-suportif.

Gugatan atas praksis pendidikan berikut segala kebijakannya perlu ditangkap sebagai rasa memiliki. Tanpa menolak adanya motivasi latah, hampir semua gugatan disertai usulan dimotivasi komitmen kita, mengemban amanah UUD 1945 ”mencerdaskan kehidupan bangsa”.

Mari kita bersama-sama menemukan jalan tengah. Taruhlah satu contoh, kasus terakhir, ujian nasional (UN). Masyarakat mulai menerima UN sebagai salah satu cara meningkatkan mutu pendidikan.

Akan tetapi, ketika UN akan ditingkatkan sebagai kriteria masuk ke jenjang pendidikan lebih tinggi, keberatan masyarakat bisa diterima. Ada perbedaan besar antara ujian masuk sebagai achievement test dan tes masuk sebagai predictive test.

Nalar masyarakat tidak kalah cerdas dibandingkan dengan nalar para pengambil keputusan. Kita hargai keputusan departemen teknis untuk menempatkan hasil UN sebagai bukan satu-satunya syarat kelulusan, bukan juga tiket masuk, juga kebebasan sekolah dan guru sebagai instansi paling berwenang soal keberhasilan belajar.

Kita ambil sisi positif pengurangan besaran anggaran pendidikan anggaran 2009. Walaupun kebijakan itu ibarat cermin belum ditempatkannya kegiatan kependidikan sebagai prioritas utama. Sudah waktunya sekolah, khususnya guru, memperoleh apresiasi atas profesinya, di antaranya selain kewenangan di sekolah, juga menuntaskan program sertifikasi.

Hari Pendidikan 2 Mei 2009 terutama merupakan kesempatan mengapresiasi keterbukaan para pengambil kebijakan. Kedua, berterima kasih kepada para pendidik dan mereka yang bekerja di lingkungan kependidikan. Ketiga, keberanian mengembangkan sistem pendidikan yang jauh dari kepentingan politik, apalagi dengan proyek-proyek mercu suar tiru-tiru.(kompas.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar